Adalah suatu hal sederhana yang saya temukan ketika ngobrol dengan seorang kawan, Ikhlas. Tampak simple, tapi ternyata begitu sulit menjalaninya. Kenapa?
Sering kali, kita mengulur-ulur sebuah urusan yang sebenarnya simple dan telah selesei, dan menjadikannya panjang dan terus terpatri di pikiran kita, sehingga membuang keikhlasan yang seharusnya tumbuh ketika melakukan hal itu.
Ketika kita memberikan uang pada pengemis, sebenarnya, urusan kita selesei sampai ketika pengemis itu menerima, ntah mau terima kasih atau tidak, dan kita ikhlas.
Selesei, finish, habis.
Kita niat beramal, pahala, tentunya Tuhan yang tau, dan urusan kita selesei, ntah mau di buat apa uang itu nantinya, yang penting kita ikhlas.
Dalam banyak hal, kita masih memikirkan, "wah jangan-jangan pengemis itu penghasilannya lebih dari saya, waah jangan-jangan nanti uangnya buat ini, buat itu" dan sebagainya. Hal itu jelas memperpanjang urusan kita yang telah selesei tadi, unsur iklhas menjadi hilang karena kita masih khawatir akan uang kita.
rasa tidak rela menyeruak muncul di hati kita, dengan bayangan bahwa uang tadi akan digunakan untuk keperluan negatif.
ya..
sering kali kita harus menganggap sebuah urusan selesei..karena memang sudah selesei
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar